Zhareeh Imam Khomeini |
Haram Sayyidah Fathimah Al Maksumah |
Oleh: Mahdiya AzZahra
.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad
Assalamualaika Ya Aba Abdillah
.
Tiga alasan yang sering dianalisis oleh filsuf dan ulama sebagai pertimbangan Imam Husein melakukan gerakan, 1) adanya paksaan terhadap bai’at, 2) undangan masyarakat Kufah, dan 3) Amar makruf nahi munkar. Alasan ketiga lah yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap keputusan Imam Husein (Muthahhari, 1988), karena Imam bisa saja bersembunyi di gunung (Muthahhari, 1988) atau pergi ke Yaman agar tidak berbai’at (Thawus, 2002). Namun atas kezaliman oleh penguasa yang telah merajalela dan tidak bisa dibiarkan maka Imam memilih untuk bergerak dalam rangka amar makruf nahi munkar. Jika Imam diam saja, maka risalah kenabian tidak akan sampai pada kita saat ini, dan hal itulah yang dikhawatirkan Imam.
.
Dalam teori kosmologi, saya maknai bahwa amar makruf nahi munkar adalah kehendak dari Akal Aktif yang diturunkan ke jiwa, setelah itu jiwa menerima dan mengaktualkan (Murata, 1996; 256). Ibnu Arabi dalam Murata (1996) menggambarkan hubungan langit dan bumi sebagaimana hubungan yang dan yin, laki-laki dan perempuan, suami dan istri. Bumi adalah lokus penerimaan, menerima dari pemberian langit, ia menghasilkan, bersikap lembut ketika diinjak dan diduduki, bersikap merendah, pasrah, menyerah, terpanggil untuk berbuat baik. Sedangkan langit adalah yang lebih tinggi, paling atas, awan, hujan, karunia. Maka dari itu jiwa perempuan diartikan sebagai lokus penerimaan, keindahan, kelembutan, kepasrahan, penyerahan, pasif (Murata, 1996; 165-210).
.
Akal Aktif sesungguhnya adalah kesempurnaan yang teraktualisasi sepenuhnya dari bentuk Ilahi. Sebaliknya, Akal Pertama yang berdiri di awal, memiliki seluruh kesempurnaan hanya secara potensial. Ibnu Arabi mengatakan “Kesempurnaan dalam diri manusia yang sempurna teraktualisasi (bil fi’il), sementara Akal Pertama merupakan potensi (bil quwwah). Kesempurnaan Akal Aktif berkaitan dengan kecerdasan, namun yang tersirat adalah kepasrahan kepada asal-usul, identitasNya. Kesempurnaan sisi yin dari perangai manusia berkaitan dengan kepasrahan dan penerimaan dari jiwa ini (Murata, 1996; 340-347).
.
Puncak dari kepasrahan adalah jiwa yang teraktual di alam. Tuhan di dalam perempuan adalah suatu lokus penerima aktivitas dalam keadaaan dimana lokus itu sekaligus menerima dan bertindak. Dia menyaksikan Tuhan dalam suatu lokus yang menyatukan 1) menerima aktivitas sementara ia aktif dan sekaligus reseptif, 2) bertindak sementara ia menerima aktivitas, dan 3) menerima aktivitas sementara ia aktif. (Murata, 1996; 256).
.
Tidak ada pilihan lain selain mengaktualkan apa yang telah diturunkan oleh Akal Aktif, dan Imam yang telah menerima amar makruf nahi munkar, serta penyaksian terhadap hakikatNya diaktualkan dalam sebuah gerakan. Dalam strukturnya, amar makruf nahi munkar adalah kehendak Tuhan yang kemudian turun dalam bentuk potensi (bil quwwah) dan gerakan Imam Husein adalah aktualisasinya (bil fi’il). Sampailah Imam Husein pada puncak kesempurnaannya ketika mengaktualkan amar makruf nahi munkar. Dengan demikian, asyura bukanlah suatu tindak kekerasan yang menunjukkan kekuasaan, kehebatan, namun gerakan perempuan dalam mengaktualkan potensinya untuk menyempurna.
.
Sifat keperempuanan Asyura tidak hanya ditunjukkan dari aktualisasinya, namun dalam semua proses Asyura dari awal sampai akhir. Tokoh utama Asyura adalah Imam Husein yang memegang ke-Imamahan saat itu, dimana Imam Husein ini adalah sosok yang berjiwa perempuan. Imam Husein adalah sosok yang tawadhu (Tim A’lamul Hidayah, 2007) dimana sifat ini adalah sifat yang dimiliki jiwa perempuan (bumi) yang rendah dan berada di bawah langit. Imam juga seorang yang ahli ibadah, hal ini dapat dilihat dari doa Arafah Imam Husein yang menunjukkan penghambaan dan kepribadian agung Imam Husein (Tim A’lamul Hidayah, 2007), dimana penghambaan adalah jiwa perempuan dan jiwa laki-laki adalah Tuhan (Murata, 1996; 91).
.
Imam Husein juga memiliki eksistensi cinta, dimana hal ini dibuktikan dengan datangnya beliau oleh undangan masyarakat Kufah. Jika bukan karena kecintaannya, maka Imam Husein pasti tidak menyambut undangan itu. Bukti kecintaan Imam Husein pada umat juga terlihat ketika Imam meminta kerabatnya untuk meninggalkan beliau sendirian di Karbala, dan beliau masih meyakini bahwa sahabatnya adalah sahabat yang paling setia (Thawus, 2002; 92).
Dalam perjalanan asyura, Imam Husein juga menujukkan jiwa perempuannya. Beliau tunduk dan pasrah pada kehendak Tuhan. Beliau menerima Akal Aktif dan mengaktualkan dalam bentuk perbuatan. Misal pada dialog Imam Husein dalam narasi karbala, Imam Husein menunjukkan kelembutan dan kepasrahan.
.
Ketika hendak meninggalkan Makkah menuju Kufah, Muhammad bin Al Hanafiyyah melarang Imam, dan Imam hanya berkata akan mempertimbangkannya. Kemudian esoknya Imam bergegas dan ketika berpapasan dengan Muhammad bin Al Hanafiyyah, beliau menjawab “Setelah engkau pergi meninggalkanku, Rasulullah saw datang kepakau dan bersabda, ‘Anakku Husein, pergilah! Karena Allah berkehendak untuk menyaksikanmu mati terbunuh.’”
Muhammad bin Al Hanifiyyah kaget dan berkata “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Tapi mengapa engkau membawa wanita-wanita ini bersamamu padahal kepergianmu seperti yang engkau katakana?”
“Beliau saw juga bersabda bahwa Allah swt berkehendak untuk melihat mereka diseret sebagai tawanan.”(Thawus, 2002; 59-60).
.
Jika bukan karena jiwa perempuan, Imam Husein tidak mungkin rela keluarganya ditawan, namun karena kepasrahan dan ketundukannya Imam Husein melaksanakannya. Disitulah letak kesempurnaan Imam, ketika jiwa perempuan (ketundukan dan kepasrahan) teraktual menjadi tindakan dengan melaksanakannya sesuai kehendak Tuhan.
Selain sifat Imam Husein, segala aspek yang meliputi Imam Husein juga merupakan jiwa perempuan. Kesetiaan keluarga dan sahabat Imam Husein yang ikut serta dalam asyura adalah bukti eksistensi cinta yang telah dicapai oleh mereka. Dan eksistensi cinta itu ada pada jiwa perempuan. Dengan demikian, seluruh aspek asyura diliputi oleh jiwa perempuan yang merupakan aktualisasi dari kepasrahan dan ketundukkan.
Wallahualam bi shawab
Komentar
Posting Komentar