Langsung ke konten utama

Kesetiaan Pecinta

http://politiktoday.com/kesetiaan/

(Refleksi Asyura - Persahabatan dalam Cinta)
oleh: Mahdiya Az Zahra
Jika ada orang yang mencintai saya dan darinya terpancar akhlak mulia. Melindungi, mengayomi, membimbing, mengajarkan ilmu, tidak pernah marah, tidak pernah tersinggung, sangat memperhatikan kondisi saya baik keilmuan maupun spiritual. Mengkhawatirkan kebodohan yg mungkin melekat pada diri saya dan selalu ada untuk saya ketika saya butuh jawaban.
Membantu saya ketika saya sangat memerlukan, memberikan satu2nya yg menjadi miliknya ketika saya membutuhkan, dan tidak pernah sekalipun mengeluhkan tentang segala kesulitan yang dialami. Dan ketika saya membencinya tapi dia berbalas mencintai saya, hingga kebencian itu tenggelam dalam cinta.
Maka dengan segala kemuliaannya itu, tentu saya akan merelakan segalanya untuk kupersembahkan padanya.
Pertanyaannya adakah sosok seperti itu?
Ya, ada. Dan sosok itu adalah Imam. Mereka mencintai kita lebih dari orang tua kita bahkan lebih dari diri kita sendiri. Mereka mengkhawatirkan jika kita tidak mengetahui sunnah nabawiyah yang dibawa sang nabi terakhir.
Dan akhlak yang begitu mulia ini lah yang membuat pengikut Imam Husein tetap setia menemani hingga akhir. Imam yang selalu mencintai dan mengayomi pengikutnya telah menggerakkan pengikutnya untuk mengorbankan sesuatu untuk dipersembahkan kepada imam.
Kecintaan ini telah menjadi penawar dari derita. Para sahabat enggan meninggalkan Imam di malam Asyura bukan karena mereka takut pada Tuhan. Karena tidak mungkin mereka hidup tanpa cinta. Jika mereka pergi mereka akan hidup. Tapi mereka tdk berjumpa dg cinta mereka.
Mereka lebih menderita jika berpisah dengan Imam daripada berpisah dengan dunua. Maka mereka memilih tinggal untuk menghabiskan hari2 bersama cinta. Karena ketika cinta itu sudah hadir, maka raga tak berarti lagi. Meski raga terputus namun cinta mereka mengalir, dan dari sanalah mereka hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Imam Khomeini

Tempat Imam menyampaikan kajian Kitab-kitab karya Imam Ruangan  Pintu dalam rumah Imam Pintu depan rumah Imam Di rumah ini pertama kalinya Imam Khomeini menyuarakan perlawanannya terhadap rezim. Di rumah ini pula Imam dikepung oleh tentara rezim. Ketika para tentara itu mengepung rumah Imam, Imam mengatakan pada keluarganya, "Kalian tidak ada urusannya dengan mereka, tetaplah disini dan biarkan aku yang menghadapi mereka sendiri." Kemudian Imam keluar rumah, seketika para tentara itu gemetar karena aura sufi sang Imam, betapa mulianya Imam Khomeini hingga para tentara yang baru melih atnya saja sudah gemetar. Para tentara dengan tubuh yang masih bergetar itu akhirnya membawa Imam menuju Tehran untuk diasingkan dan sepanjang perjalanan itu pula para tentara gemetar merasakan aura Sang Sufi itu. Imam kemudian diasingkan ke Irak, Turki, dan Perancis. Rumah Imam Khomeini itu kemudian dijadikan basis perlawanan terhadap rezim hingga akhirnya r...

Pengetahuan yang Mewujud

http://emprorerfaisal.blogspot.co.id/2011/02/syarat-pengetahuan-menjadi-ilmu.html (Teleologi Persepsi) oleh: Mahdiya AzZahra . In the name of Lord who is a hidden treasure, who love to be known, and who create the creation to be known. . Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad  . Pengetahuan adalah basis fundamental dari terjadinya segala sesuatu. Pengetahuan (ilmu) adalah yang telah disediakan di alam (darinya diperoleh pengetahuan). Manusia diciptakan untuk mengetahui, namun ada tingkatan-tingkatan persepsi dimana ini akan mempengaruhi manusia dalam memperoleh suatu pengetahuan, maupun dalam memahami tujuan.  . Manusia memiliki potensi untuk mengetahui dan manusia akan mencapai pengetahuan tentang Wujud wajib yang hakiki (irfan), pengetahuan tentang spiritual (malakut), dan pengetahuan tentang tanda-tandaNya (ayah). Pengetahuan ini tidak serta merta diperoleh melainkan suatu pencapaian. Pengetahuan ini bisa dicapai ketika kita sampai pada tingkatan yang mampu untu...

Membangun Kelayakan

http://www.greenwellpoints.com/feasibility-studies/ Apa yang kita upayakan selama hidup kita tentunya akan bermuara pada sebuah tujuan. Dari kita masih kecil hingga dewasa kita selalu memiliki tujuan, dan tujuan itu yang kemudian membangkitkan kita untuk terus mengupayakan. Misal kita belajar akan kita lulus ujian. Lulus ujian adalah tujuan, dan belajar adalah upaya yang kita perjuangkan. Setelah lulus kita akan membuat tujuan baru lagi. Namun, apakah tujuan dari tujuan kita itu sendiri? Jauh dibalik yang kita sadari, sesungguhnya kita memiliki tujuan suci yaitu membangun kelayakan. Membangun kelayakan terhadap apa yang kita hadapi. Ketika kita ingin mendaftar di sebuah universitas, atau melamar beasiswa, atau melamar pekerjaan, atau bahkan melamar seseoran, kita akan bertanya pada diri kita sendir layak kah aku untuk mendapatkan ini? Kita akan berjuang mati-matian untuk layak menjadi seorang mahasiswa di universitas ternama. Kita juga akan berjuang untuk layak diterima di seb...