Langsung ke konten utama

Malas, sudut pandang Kimia


Memang malas bisa dipelajari dari kimia? Jawabannya Ya. Tentu bisa. 
Kenapa bisa begitu? 
Karena manusia sendiri adalah makhluk kimia.

Coba kita bedah badan kita, dari yang paling umum deh. Kita hidup butuh bernafas, nah yang kita hirup itu oksigen (O2). Senyawa kimia kan? kemudian ketika oksigen masuk ke dalam tubuh siapa yang mengikat oksigen?

Darah. Iya darah.
Darah itu apa sih? Kok bisa mengikat oksigen?
Tentu saja darah itu senyawa kimia


Struktur darah merah (sumber:sigmaaldrich.com)
Nah itu baru darah. Belum yang lainnya, misal di dalam tubuh kita ada enzim. Kalau buka kamus enzim itu biokatalisator. Katalis sendiri adalah senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi, atau isitilah kerennya menurunkan energi aktivasi.

 Gak perlu dijelaskan apa itu energi aktivasi karena ini bukan kuliah tentang reaksi kimia ya. Nah terus enzim itu sebenarnya apa sih kok bisa mempercepat reaksi. Enzim itu suatu protein. Protein itu setau kita kan nutrisi tubuh ya. Emang bentuk protein seperti apa sih?
Struktur Protein (Sumber: Pearson Education, Inc)
Nah ini ni yang disebut protein. Senyawa kimia kan ya.
Jadi sekarang percaya dong kalau manusia itu makhluk kimia. Tentu.
Nah terus apa hubungannya sama malas?

Ternyata semua benda, senyawa, molekul di alam semesta ini diciptakan dalam keadaan acak atau berantakan. Kok bisa?
Dalam kimia dijelaskan tentang suatu hukum Termodinamika yang mana di dalamnya membahas tentang entropi.

Entropi atau sering disimbolkan dengan huruf S adalah ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem. Semakin besar ketidakteraturan suatu sistem, semakin besar entropinya. Sebaliknya, semakin teratur suatu sistem, semakin kecil entropinya (Chang, 2005). Nah perubahan ukuran keacakan atau entropi suatu sistem dilambangkan dengan ΔS. Untuk memperjelas kita ambil contoh arang. Arang itu apa sih susunan atomnya?

Karbon atau disimbolkan dengan C. Nah kalau intan yang sering ditambang itu apa? Karbon juga. Terus kenapa bisa sangat berbeda? Dari bentuk dan warnanya aja sangat berbeda. Arang hitam dan gak beraturan. Intan transparan, berkilau, dan beraturan. Nah mending kita liat dulu gambar arang sama intan pake susunan atom kimia.

Nah keliatan kan, perbedaannya yaitu pada susunan atomnya. Ternyata susunan atom intan itu lebih teratur daripada arang. Artinya entropi arang lebih besar daripada intan.

Awalnya intan itu juga merupakan arang, namun seiring berjalannya waktu intan mengurangi entropinya hingga susunannya teratur. Bagaimana cara memperkecil entropi? Hal yang dapat memperkecil entropi adalah energi.

Semakin besar energi yang digunakan, maka semakin kecil entropinya. Namun semakin kecil energi yang digunakan, entropi hanya akan sedikit berkurang.

Lho kok intan bisa tapi arang gak bisa? 
Nah ini lah yang membedakannya. Biasanya kita nemu intan dimana ya? Dipertambangan, di perut bumi. Ya kan?
Sedangkan arang ada di permukaan bumi.

Kita tau sendiri kalau di perut bumi itu terdapat magma yan artinya perut bumi itu sangat panas, sehingga benda yang berada di perut bumi akan mendapat energi kalor yang besar. Nah dari energi kalor itulah karbon dalam intan dapat tersusun teratur, sedangkan arang yang kita temukan di perut bumi biasanya hasil dari pembakaran kayu.

 Pembakaran kayu sendiri hanya terjadi pada temperatur normal permukaan bumi yaitu sekitar 25°C. Kalau dibandingkan dengan intan yang di perut bumi sangat jauh bukan, yang mana suhunya mencapai 3000°C.

Nah sekarang balik lagi ke malas. Jadi kenapa kita bisa malas. Karena memang pada dasarnya molekul dalam tubuh manusia memiliki entropi (keacakan) atau malas itu sendiri, sehingga untuk menjadikan tubuh kita teratur dibutuhkan energi yang banyak. Kalau manusia energinya darimana?

Tentu saja dari makanan dan minuman yang mengandung nutrisi dan mineral. Sehingga untuk beraktivitas, membersihkan rumah, mengerjakan tugas, segala sesuatunya membutuhkan energi untuk memperkecil entropi (keacakan) atau kemalasan.

Nah kalau sudah diisi energi namun masih bermalas-malasan? Artinya kita menyimpang dari hukum alam. Semua benda di alam ini akan menjadi teratur bila diberi energi, nah kalau kita gak mau menggunakan energi jadinya energinya sia-sia dong. Akhirnya hanya akan ditimbun di dalam tubuh, terjadilah obesitas.

Jadi kenapa bisa obesitas terjadi? Karena kita menyimpang hukum alam. Jadi, tau dong mana yang harus kita pilih?
Kimia itu asik kan.
Wallahualam bisshawab. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Musuhmu

Haram Sayyidah Fathimah Al Maksumah Zhareeh Imam Khomeini Benarkah kita Husseiniyyah? Refleksi Asyura Oleh:  Mahdiya AzZahra . Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad  . Siapakah musuh kita yang sesungguhnya?  Banyak dari kita saat ini saling membenci, mengumpat, melontarkan ujaran kebencian, menyindir, mencibir, bahkan mungkin dengan kata2 yang tidak pantas diucapkan oleh orang yang mengaku beragama, mencelakai, menyakiti, meneror, dsb. Agama berisi syariat yang sesuai dengan jiwa manusia dan mengantarkannya menuju kesempurnaan. . Faktanya, orang2 yang mengaku beragama justru bertolak belakang dari hakikat agama itu sendiri. Darimanakah ini semua berasal? Sesungguhnya apa dan siapa yang kita benci? Kita sebut kelompok lain adalah musuh kita. Marilah kita berpikir kembali benarkah ia musuh kita?  . Apakah ia Syimran (pembunuh Imam Hussein) ataukah ia Yazid (tuannya Syimran) atau justru ia adalah pengikut Imam Hussein. Syimran dengan jelas mengata

Rumah Imam Khomeini

Tempat Imam menyampaikan kajian Kitab-kitab karya Imam Ruangan  Pintu dalam rumah Imam Pintu depan rumah Imam Di rumah ini pertama kalinya Imam Khomeini menyuarakan perlawanannya terhadap rezim. Di rumah ini pula Imam dikepung oleh tentara rezim. Ketika para tentara itu mengepung rumah Imam, Imam mengatakan pada keluarganya, "Kalian tidak ada urusannya dengan mereka, tetaplah disini dan biarkan aku yang menghadapi mereka sendiri." Kemudian Imam keluar rumah, seketika para tentara itu gemetar karena aura sufi sang Imam, betapa mulianya Imam Khomeini hingga para tentara yang baru melih atnya saja sudah gemetar. Para tentara dengan tubuh yang masih bergetar itu akhirnya membawa Imam menuju Tehran untuk diasingkan dan sepanjang perjalanan itu pula para tentara gemetar merasakan aura Sang Sufi itu. Imam kemudian diasingkan ke Irak, Turki, dan Perancis. Rumah Imam Khomeini itu kemudian dijadikan basis perlawanan terhadap rezim hingga akhirnya r