Jika membahas tentang sejarah
ilmu pengetahuan tentu akan mengantarkan kita kembali pada negeri para dewa, tempat
lahirnya para filsuf dunia yang hingga kini teori-teorinya masih kita jadikan
rujukan. Ya, Yunani (Greece). Sejarah
sekolah pun tak lain halnya dengan ilmu pengetahuan yang diawali dari negeri
ini.
Sekolah berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu scholē yang berarti leisure atau waktu luang. Disebut waktu luang pada zaman itu karena di Yunani sendiri menggunakan sistem kasta yang mana terdapat bangsawan dan rakyat jelata. Rakyat jelata dari orang tua hingga anak-anak melayani para bangsawan dari pagi hingga pagi. Berbeda dengan rakyat jelata, para anak-anak bangsawan tidak memiliki kegiatan yang berarti pada saat itu, sehingga mereka memiliki banyak waktu luang yang mereka sebut sebagai scholē.
Waktu luang ini kemudian mereka isi dengan belajar dan berdiskusi, mengingat banyaknya filsuf dan teori-teori baru yang berkembang pada masa itu. Dari sinilah waktu luang yang diisi dengan belajar dan diskusi mulai berkembang. Filsuf muda seperti dikisahkan dalam film “Agora” akan dengan senang hati membagikan ilmu dan pemikirannya kepada kaum bangsawan muda yang tentunya akan dilanjutkan dengan diskusi.
Kegiatan ini berlanjut hingga istilah waktu luang (scholē) ini mulai berganti makna menjadi kegiatan belajar dan berdiskusi bagi kaum bangsawan. Mereka juga mulai menyediakan bangunan khusus untuk anak-anak bangsawan belajar dan menghabiskan waktu luang mereka hingga kini kita kenal dengan sebutan academy. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris sebagai school dan bahasa Indonesia menjadi sekolah dengan makna yang sudah berubah.
Sekolah berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu scholē yang berarti leisure atau waktu luang. Disebut waktu luang pada zaman itu karena di Yunani sendiri menggunakan sistem kasta yang mana terdapat bangsawan dan rakyat jelata. Rakyat jelata dari orang tua hingga anak-anak melayani para bangsawan dari pagi hingga pagi. Berbeda dengan rakyat jelata, para anak-anak bangsawan tidak memiliki kegiatan yang berarti pada saat itu, sehingga mereka memiliki banyak waktu luang yang mereka sebut sebagai scholē.
Waktu luang ini kemudian mereka isi dengan belajar dan berdiskusi, mengingat banyaknya filsuf dan teori-teori baru yang berkembang pada masa itu. Dari sinilah waktu luang yang diisi dengan belajar dan diskusi mulai berkembang. Filsuf muda seperti dikisahkan dalam film “Agora” akan dengan senang hati membagikan ilmu dan pemikirannya kepada kaum bangsawan muda yang tentunya akan dilanjutkan dengan diskusi.
Kegiatan ini berlanjut hingga istilah waktu luang (scholē) ini mulai berganti makna menjadi kegiatan belajar dan berdiskusi bagi kaum bangsawan. Mereka juga mulai menyediakan bangunan khusus untuk anak-anak bangsawan belajar dan menghabiskan waktu luang mereka hingga kini kita kenal dengan sebutan academy. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris sebagai school dan bahasa Indonesia menjadi sekolah dengan makna yang sudah berubah.
Schole Yunani (sumber: film Agora) |
Yunani menjadi Negara dengan
ilmu pengetahuan paling maju hingga orang-orang dari belahan dunia pergi ke
sana untuk belajar termasuk orang Islam dari Timur Tengah.
Kegiatan sekolah pun dilaksanakan di Timur tengah dengan istilah madrasah. Madrasah sendiri berasal dari kata darasa yaitu belajar, sedangkan madrasah sendiri berarti tempat untuk belajar.
Kegiatan sekolah pun dilaksanakan di Timur tengah dengan istilah madrasah. Madrasah sendiri berasal dari kata darasa yaitu belajar, sedangkan madrasah sendiri berarti tempat untuk belajar.
Semakin berkembangnya
zaman istilah sekolah diartikan menjadi suatu bangunan dan sistem yang
digunakan untuk belajar. Pentingnya belajar pada zaman dahulu dikarenakan
muncul teori-teori baru sehingga perlu diketahui oleh semua orang. Hal ini mengakibatkan
perubahan pada hukum belajar yang tadinya hanya sukarela menjadi wajib.
Indonesia sendiri telah mewajibkan belajar 12 tahun (WaJar 12 tahun, SD-SMA). Namun banyak orang tersesat dengan isitilah ini, karena belajar dilakukan di suatu lembaga pendidikan maka belajar diartikan menjadi sekolah, yang intinya masyarakat harus sekolah minimal 12 tahun, padahal esensi dari sekolah ini adalah belajar. Yang mana belajar bisa kita lakukan dimana pun dan kapan pun, tanpa bangunan dan sistem yang diselenggarakan oleh suatu lembaga.
Indonesia sendiri telah mewajibkan belajar 12 tahun (WaJar 12 tahun, SD-SMA). Namun banyak orang tersesat dengan isitilah ini, karena belajar dilakukan di suatu lembaga pendidikan maka belajar diartikan menjadi sekolah, yang intinya masyarakat harus sekolah minimal 12 tahun, padahal esensi dari sekolah ini adalah belajar. Yang mana belajar bisa kita lakukan dimana pun dan kapan pun, tanpa bangunan dan sistem yang diselenggarakan oleh suatu lembaga.
Madrasah (sumber:wikimedia.org) |
Madrasah (sumber:turkulkusu.com) |
Jika kita menilik asal
usulnya, istilah sekolah sendiri merupakan waktu luang yang mana anak-anak pada
zaman itu memang menginginkan belajar dan berdiskusi karena tak ada kegiatan,
di mana pendidikan karakter dan adab dalam kehidupan bangsawan sudah mereka
pelajari di rumah masing-masing.
Sekolah hanyalah tempat untuk menghabiskan waktu luang dan tak akan menguras waktu mereka untuk mengerjakan kegiatan yang lain. Dalam bahasa Arab pun madrasah adalah tempat belajar bukan tempat yang akan menguras waktu anak-anak.
Sekolah hanyalah tempat untuk menghabiskan waktu luang dan tak akan menguras waktu mereka untuk mengerjakan kegiatan yang lain. Dalam bahasa Arab pun madrasah adalah tempat belajar bukan tempat yang akan menguras waktu anak-anak.
Sebelum adanya wacana full day school sendiri, sekolah di
Indonesia sudah menguras banyak waktu, kalaupun pulangnya tak terlalu sore maka
tugas-tugas sudah menguras waktu anak-anak. Sekolah kini menjadi kegiatan utama
anak-anak dan mereka lupa akan kegiatan anak-anak yang seharusnya.
Pada zaman dahulu, anak-anak bangsawan belajar tentang adab dan sopan santun ketika makan, tidur, bertemu orang, dsb. Dengan kata lain mereka masih memiliki waktu untuk belajar akhlak. Waktu sisanya mereka gunakan untuk belajar dan bermain. Pada zaman ini, anak-anak sibuk akan sekolahnya dan tak ada waktu untuk kegiatan lain. Sekolah pun mengajarkan akhlak, namun jika satu guru memegang banyak siswa tak semua siswa dapat diperhatikan oleh guru.
Jika seorang anak berbuat salah dalam masyarakat, tentu semua orang akan bertanya “apakah orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun?”
Pada zaman dahulu, anak-anak bangsawan belajar tentang adab dan sopan santun ketika makan, tidur, bertemu orang, dsb. Dengan kata lain mereka masih memiliki waktu untuk belajar akhlak. Waktu sisanya mereka gunakan untuk belajar dan bermain. Pada zaman ini, anak-anak sibuk akan sekolahnya dan tak ada waktu untuk kegiatan lain. Sekolah pun mengajarkan akhlak, namun jika satu guru memegang banyak siswa tak semua siswa dapat diperhatikan oleh guru.
Jika seorang anak berbuat salah dalam masyarakat, tentu semua orang akan bertanya “apakah orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun?”
Namun, kapankah orang
tua bisa mengajari akhlak? Ditambah lagi jika diterapkan full day school, pulang malam belum ditambah tugas-tugas. Keluarga sebagai
madrasah pertama bagi anak-anak tak akan mampu memberikan pelajaran tentang
akhlak, bagaimana mereka akan memberikan teladan jika yang diberi teladan tak
ada waktu untuk memperhatikan.
Sedangkan sekolah pun tak dapat bertanggung jawab terhadap akhlak anak-anak karena mereka mengurus ratusan siswa. Akhlak sendiri merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia, tak akan ada perpecahan, kerusuhan, dan tindak kriminal jika setiap anak memiliki akhlak.
Di masa depan anak-anak yang berakhlak akan memiliki prinsip dan integritas yang kuat di segala kondisi, sehingga ketika mereka mendapat musibah jalan pintas tak akan dipilihnya. Tak ada yang salah karena sistem lah yang seharusnya diperbaiki, yaitu dengan mengembalikan istilah sekolah pada asalnya yaitu waktu luang yang tidak menguras waktu untuk kegiatan yang lain.
Perbanyak waktu bersama keluarga karena keluargalah madrasah dan teladan pertama bagi anak-anak. Sekolah adalah tempat belajar bukan tempat menitipkan anak. Jangan sampai sekolah memisahkan hubungan orang tua dengan anak.
Sedangkan sekolah pun tak dapat bertanggung jawab terhadap akhlak anak-anak karena mereka mengurus ratusan siswa. Akhlak sendiri merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia, tak akan ada perpecahan, kerusuhan, dan tindak kriminal jika setiap anak memiliki akhlak.
Di masa depan anak-anak yang berakhlak akan memiliki prinsip dan integritas yang kuat di segala kondisi, sehingga ketika mereka mendapat musibah jalan pintas tak akan dipilihnya. Tak ada yang salah karena sistem lah yang seharusnya diperbaiki, yaitu dengan mengembalikan istilah sekolah pada asalnya yaitu waktu luang yang tidak menguras waktu untuk kegiatan yang lain.
Perbanyak waktu bersama keluarga karena keluargalah madrasah dan teladan pertama bagi anak-anak. Sekolah adalah tempat belajar bukan tempat menitipkan anak. Jangan sampai sekolah memisahkan hubungan orang tua dengan anak.
Wallahualam bishawab.
Sip lajjutkan.....
BalasHapus