Langsung ke konten utama

Platon dan teologi


platon
(http://www.arantzagorbea.com/audio/arantza-gorbea-ag-arte-arquitectura-decoracion-interiorismo-bilbao-platon-03/)
Deskripsi
Platon merupakan salah satu filsuf terkemuka di Yunani, teori-teorinya tentang filsafat telah dipakai menjadi dasar pemikiran oleh banyak kalangan khususnya kaum sufi. Platon mengatakan bahwa alam ini terbagi menjadi dua dunia yaitu alam ide yang disebut arketipe dan alam material yaitu alam yang kita tinggali saat ini. Teori platon tentang pengetahuan menyatakan bahwa pada diri manusia terdapat jiwa dan jasad yang keduanya merupakan sesuatu yang terpisah pada awalnya.

Jiwa merupakan bagian dari diri manusia yang sebelumnya berada di alam arketipe dimana jiwa tersebut mengetahui segala sesuatu secara universal. Terlahirnya kita di alam material ini merupakan suatu peristiwa turunnya jiwa dari alam arketipe dan bersatu bersama jasad. Pada keadaan bersatu inilah jiwa kemudian lupa. Jasad dan alam material merupakan hal yang membuat jiwa lupa terhadap segala sesuatu di arketipe. Alam material kemudian menunjukkan fenomena yang membuat kita teringat lagi akan segala sesuatu yang telah terlupakan, sehingga pengetahuan menurut platon adalah fungsi mengingat kembali dari informasi terdahulu (arketipe).

Jiwa dapat mengingat kembali melalui persepsi indrawi tentang ide-ide yang bersifat particular dan spesifik. Hal ini disebabkan karena alam menurut Platon merupakan refleksi atau cermin dari alam arketipe. Jadi, persepsi universal ini mendahului persepsi indrawi yang bersifat particular. Persepsi ini tidak terealisasikan, kecuali melalui proses pengingatan kembali dan pengumpulan kembali konsepsi universal tersebut. Pengetahuan rasional tidak terkait dengan hal-hal particular di wilayah indra, meliankan terkait dengan realitas abstrak.

Teori ini memiliki dua proposisi filosofis yaitu keberadaan jiwa sebelum tubuh dalam arketipe dan pengetahuan rasional atas realitas abstrak yang permanen di dunia arketipe. Sehingga menurut plato teori pengetahuan manusia terdiri atas alam yang merupakan cermin kemudian dipersepsi oleh indra. Indra menurut platon berfungsi untuk mempersepsi alam material. Kemudian masuk pada rasio sebagai alat, disini alat berfungsi sebagai alat untuk mengingat kembali hal-hal universal di alam arketipe yang telah dipersepsi oleh indra dan bersifat particular. Teori platon tidak menyebut tentang adanya rasio sebagai sumber, melainkan sumber pengetahuan berasal dari alam arketipe yang mana alam ini terpisah dari manusia.
Analisis

Berdasarkan deskripsi di atas, Baqir Shadr menganalisis bahwa proposisi yang dinyatakan oleh platon ini salah. Baqir Shadr menyatakan bahwa jiwa dalam pengertian filosofis rasional bukanlah sesuatu yang abstrak dan mendahului keberadaan tubuh, melainkan hasil dari gerakan substansial dalam materi. Jiwa mengawali gerakan ini sebagai sesuatu yang bersifat material, bercirikan kualitas material, dan tunduk pada hukum materi. Sedangkan pemikiran tentang pengetahuan universal yang telah ada sebelum pengetahuan particular bukanlah suatu pemikiran yang benar. Pemikiran ini keliru dikarenakan pengetahuan universal muncul setelah adanya hal-hal particular yang kemudian kita konsepsikan dan kita universalkan, karena di alam ini hanya ada yang particular dan particular itu yang mengantarkan kita pada satu kesimpulan tentang konsep universal.

Meskipun pemikiran Platon ini dianggap tidak sesuai dengan pemikiran Baqir Shadr, namun Platon memiliki pemikiran independen yang bercorak teologis. Bahasa-bahasa yang digunakan platon memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa yang kita gunakan ketika menjelaskan teologi kepada anak-anak yang sedang belajar bahkan juga pada orang dewasa.

Berikut merupakan analisis tentang kemiripan-kemiripan pemikiran platon dengan teologi:
1.    Alam arketipe
Alam arketipe yang merupakan alam tempat jiwa bersemayam sebelumnya sama seperti alam ruh yang digambarkan oleh guru-guru kita zaman kita kecil. Alam ruh merupakan tempat dimana kita berada sebagai ruh sebelum kita terlahir di dunia. Alam arketipe juga seperti alam akhirat dimana disebutkan bahwa jiwa akan kembali kea lam arketipe setelah meninggalkan alam material, sebagaimana alam akhirat tempat kita kembali setelah meninggal. Sehingga alam arketipe ini bisa dimaknai seperti alam ruh dan alam akhirat tempat kita mengawali dan bermuara.

2.    Jiwa
Bahasa teologi menyatakan bahwa jiwa adalah ruh. Dikatakan bahwa jiwa sudah berada di alam arketipe pada kehidupan sebelum kita lahir di alam material, hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita telah ada dalam bentuk jiwa dan lahir ke alam material bersama dengan jasad. Sesuai dengan jiwa dalam alam arketipe, kita juga memaknai ruh seperti demikian. Bahwa ruh kita sudah ada sejak awal, dan bahwa diri kita ini sudah memilki eksistensi hanya saja esensinya yang berubah-ubah. Sebagaimana kita maknai ada sebagai ada, dan tidak mungkin yang ada menjadi tidak ada, karena ‘tidak ada’ hanyalah konsep dan tidak mungkin ada yang ‘tidak ada’. Sehingga, ruh kita sudah ada, hanya saja esensi kita berubah dari ruh kemudian sel, zigot, janin, bayi, dan dewasa, namun substansinya masih tetap sama, yaitu diri kita yang bersifat non materi.

3.    Jiwa dan pengetahuan
Platon mengatakan bahwa jiwa di alam arketipe telah memiliki segala pengetahuan universal, dan ketika turun kea lam material bertemu dengan hal-hal particular. Dalam hal ini, kita sendiri meyakini bahwa sejatinya ruh kita ini memang memiliki potensi-potensi akan segala sesuatu hanya saja kita memerlukan suatu media untuk mengaktualkannya. Alam materi merupakan media untuk mengaktualkan potensi dalam diri kita, selayaknya alam materi menurut platon yang merupakan cerminan dari alam arketipe. Meskipun berbeda, namun pendapat ini memiliki kemiripan hanya saja platon menggunakan istilah yang berbeda sehingga pemaknaannya pun berbeda.

4.    Arketipe di luar diri manusia
Platon berpendapat bahwa alam arketipe adalah alam yang berada di luar diri manusia. Hal ini memang perlu dipertanyakan karena dengan demikian kita tidak tahu bagaimana caranya ingatan tentang hal-hal universal dapat muncul ketika kita mengindra sementara alam ini terpisah dari diri kita. Namun pemikiran seperti ini tidak terlepas dari latar belakang kehidupan Platon sendiri, bahwa Yunani terkenal dengan sebutan negeri para dewa. Dewa-dewa dalam mitologi Yunani dipercayai tinggal di nirwana atau langit dalam singgasananya dan mengatur segala sesuatu di alam. berangkat dari sini kita dapat menduga bahwa Platon menganggap arketipe adalah wilayah para dewa tempat kita berasal dan kembali, sehingga Platon memisahkan alam arketipe dengan manusia.

Pemikiran ini tidak bertolak belakang dengan teologi, dimana kita ketahui bahwa Tuhan berada dalam singgasananya yang kita sebut sebagai Arsy. Dalam pandangan kita sendiri, Arsy adalah tempat yang terpisah jauh dari kita seperti langit, sehingga terdapat keterpisahan antara diri kita dengan Arsy maupun dengan Tuhan.

Adapun alam menurut Platon hanyalah cerminan dari arketipe dan pertemuan jiwa dengan jasad di alam membuat kita lupa akan pengetahuan di arketipe. Kita ketahui juga bahwa di alam fana ini kita juga sering lupa pada alam tempat kita bermula dan kembali. Dunia hanya membuat kita lupa dan seringkali fenomena alam yang terjadi di dunia ini juga membuat kita ingat akan alam akhirat atau arketipe (Platon).

Maka jika kita mempertanyakan pemikiran Platon tentang bagaimana kita yang sebelumnya mengetahui kemudian turun ke alam lupa namun di alam itu juga kita ingat. Hal ini tentu dengan mudah terjadi bahwa di dunia ini kita sering terlena, kemudian kita lupa, namun suatu fenomena di alam ini juga membuat kita teringat kembali dengan alam akhirat. Proses mengingat ini tidak dengan mudah dapat dilakukan, dimana untuk kembali mengingat kita harus menghilangkan kepentingan subjektif untuk kepentingan objektif. Dengan menegasikan diri kita akan mencapai suatu kebaikan tertinggi. Kebaikan yang terkandung di dalamnya suatu makna yang akan mengantarkan kita pada Tuhan.

Kesimpulan
1.    Platon mengawali pemikirannya dari latar belakang teologi yang dianut di Yunani bahwa dewa-dewa memiliki singgasana di kahyangan yang terpisah dari dunia manusia. Dan kepada merekalah kita akan kembali. Tempat ini Platon sebut sebagai arketipe, atau dalam teologi kita sebut sebagai Arsy Tuhan.


2.    Gagasan bahwa kita semua akan kembali ke alam arketipe sama seperti halnya kita yang akan kembali pada Tuhan. Dan satu-satunya jalan untuk mengingat adalah dengan kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi dalam setiap fenomena yang dicerminkan di alam.

Referensi
M. Baqir Shadr. 2014. Falsafatuna. Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malas, sudut pandang Kimia

Memang malas bisa dipelajari dari kimia? Jawabannya Ya. Tentu bisa.  Kenapa bisa begitu?  Karena manusia sendiri adalah makhluk kimia. Coba kita bedah badan kita, dari yang paling umum deh. Kita hidup butuh bernafas, nah yang kita hirup itu oksigen (O2). Senyawa kimia kan? kemudian ketika oksigen masuk ke dalam tubuh siapa yang mengikat oksigen? Darah. Iya darah. Darah itu apa sih? Kok bisa mengikat oksigen? Tentu saja darah itu senyawa kimia Struktur darah merah (sumber:sigmaaldrich.com) Nah itu baru darah. Belum yang lainnya, misal di dalam tubuh kita ada enzim.  Kalau buka kamus enzim itu biokatalisator. Katalis sendiri adalah senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi, atau isitilah kerennya menurunkan energi aktivasi.  Gak perlu dijelaskan apa itu energi aktivasi karena ini bukan kuliah tentang reaksi kimia ya. Nah terus enzim itu sebenarnya apa sih kok bisa mempercepat reaksi. Enzim itu suatu protein. Protein itu setau kita kan nutrisi tub

Kenali Musuhmu

Haram Sayyidah Fathimah Al Maksumah Zhareeh Imam Khomeini Benarkah kita Husseiniyyah? Refleksi Asyura Oleh:  Mahdiya AzZahra . Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad  . Siapakah musuh kita yang sesungguhnya?  Banyak dari kita saat ini saling membenci, mengumpat, melontarkan ujaran kebencian, menyindir, mencibir, bahkan mungkin dengan kata2 yang tidak pantas diucapkan oleh orang yang mengaku beragama, mencelakai, menyakiti, meneror, dsb. Agama berisi syariat yang sesuai dengan jiwa manusia dan mengantarkannya menuju kesempurnaan. . Faktanya, orang2 yang mengaku beragama justru bertolak belakang dari hakikat agama itu sendiri. Darimanakah ini semua berasal? Sesungguhnya apa dan siapa yang kita benci? Kita sebut kelompok lain adalah musuh kita. Marilah kita berpikir kembali benarkah ia musuh kita?  . Apakah ia Syimran (pembunuh Imam Hussein) ataukah ia Yazid (tuannya Syimran) atau justru ia adalah pengikut Imam Hussein. Syimran dengan jelas mengata

Rumah Imam Khomeini

Tempat Imam menyampaikan kajian Kitab-kitab karya Imam Ruangan  Pintu dalam rumah Imam Pintu depan rumah Imam Di rumah ini pertama kalinya Imam Khomeini menyuarakan perlawanannya terhadap rezim. Di rumah ini pula Imam dikepung oleh tentara rezim. Ketika para tentara itu mengepung rumah Imam, Imam mengatakan pada keluarganya, "Kalian tidak ada urusannya dengan mereka, tetaplah disini dan biarkan aku yang menghadapi mereka sendiri." Kemudian Imam keluar rumah, seketika para tentara itu gemetar karena aura sufi sang Imam, betapa mulianya Imam Khomeini hingga para tentara yang baru melih atnya saja sudah gemetar. Para tentara dengan tubuh yang masih bergetar itu akhirnya membawa Imam menuju Tehran untuk diasingkan dan sepanjang perjalanan itu pula para tentara gemetar merasakan aura Sang Sufi itu. Imam kemudian diasingkan ke Irak, Turki, dan Perancis. Rumah Imam Khomeini itu kemudian dijadikan basis perlawanan terhadap rezim hingga akhirnya r