Anak
adalah titipan Ilahi yang merupakan harta terindah dan harus kita jaga. Mendidik
anak-anak bukanlah hal mudah. Mereka melakukan apa yang mereka lihat. Mereka
menilai akhlak kita. Mareka jauh lebih jujur dan dapat membedakan antara
perkataan yang disertai dengan tindakan dengan perkataan yang tanpa tindakan.
Mereka sangat tidak suka diperintah untuk melakukan suatu hal yang tidak kita
contohkan. Mereka juga tidak mau didekati dengan cara yang sembarangan.
Beberapa anak memilih cara atau metode orang dewasa dalam mendekati mereka.
Terkadang anak memilih sikap lembut, sikap lembut inilah yang kita pikir cara
paling umum dan ampuh, namun tak jarang pula anak menginginkan cara yang
langsung tanpa basa-basi.
Saya
adalah seorang guru TPA, murid-murid saya terdiri dari TK hingga SMP. Metode
untuk mendekati mereka sangat beragam. Terkadang mereka tak ingin mengaji,
terkadang mereka tak ingin belajar. Saya tawarkan dengan siapa dia ingin
mengaji, namun tawaran itu tak berlaku. Saya dekati dia saya ambil iqra nya,
saya bukakan halamannya, dan saya membaca taawudz dan dia segera mengikuti saya
untuk membaca. Ini merupakan salah satu metode langsung, tanpa rayuan lembut.
Terkadang anak harus dipaksa dengan cara yang baik.
Anak
begitu memilah dalam pertemanan begitu juga memilah guru yang baik atau orang
dewasa mana yang baik dan yang tidak. Bila orang dewasa yang mendekati mereka
baik dimata mereka, maka tanpa susah payah mereka bisa kita kendalikan
sikapnya. Namun apabila kita tak pernah baik dimata mereka maka perlu banyak
metode untuk mengubahnya.
Beberapa
pengalaman yang saya alami, anak-anak menyukai untuk didekati secara personal
bukan diperintah. Anak-anak harus diajak, dengan akhlak yang baik yang kita
terapkan dalam keseharian, maka anak-anak akan mengikuti dengan sendirinya.
Mereka melihat kita dengan kacamata kejujuran dan ketulusan. Maka mendidik anak
harus dengan akhlak
Ternyata
yang paling penting harus ditanamkan pada anka-anak adalah kasih saying. Kasih
sayang kita salurkan kepada mereka hingga terasa oleh mereka, maka mereka akan
tanpa sadar menyayangi kita kembali sebagaimana kita menyayangi mereka. Degan
bahasa kasih sayang kita dapat menjelaskan dan menerangkan sesuatu. Ketika
menjelaskan sesuatu sebaiknya kita beri penjelasan dengan pelan dan bahasa yang
lembut karena anak menyukai itu. Suatu ketika saya pernah menjelaskan sesuatu
pada anak. Saat itu saya menjelaskan dengan ambisi bahwa anak ini harus paham
saat ini juga. Saya menggunakan nada yang agak tinggi dan kesal karena anak ini
tak kunjung paham, saya juga tergesa-gesa saat menjelaskannya. Dikemudian hari
anak itu takut pada saya dan tidak ingin mengaji dengan saya. Hari berikutnya
saya coba untuk bersikap lembut dengannya agar ia tak takut pada saya lagi.
Saat dia mengaji pun saya tidak banyak komentar dan lebih banyak memuji.
Alhasil dia tidak takut lagi pada saya dan mulai dekat dengan saya lagi. Namun,
masih ada PR saya, yaitu menjelaskan pada anak tadi tentang cara baca dia yang
salah tempo hari. Suatu hari ketika dia selesai mengaji saya langsung menuju
papan tulis dan mengajak semua duduk. Setelah itu saya jelaskan satu per satu
huruf hijaiyah dan saya menyuruh mereka untuk membacanya. Hingga akhirnya saya
menuju pokok pembahasan saya, perlahan-lahan tetapi pasti mereka memahami apa
yang saya maksud. Alhamdulillah mereka mengerti, mereka mengerti bukan ketika
saya berambisi agar mereka mengerti, bukan dengan nada tinggi, bukan dengan
tergesa-gesa. Namun, mereka paham ketika saya menjelaskan runtut dari awal
perlahan-lahan dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
Metode kita saat
menjelaskan sesuatu dan kasih yang kita salurkan tentu berpengaruh pada
psikologi anak tersebut. Mereka akan terdidik dan tumbuh menjadi pribadi yang
lembut dan penuh kasih. Menurut Ibrahim amini, preman, pelaku kejahatan, dan
orang jahat adalah orang-orang yang kekurangan kasih sayang dalam keluarganya. Masih
dari Ibrahim Amini kita perlu sikap apresiasi, penghormatan, sikap pemaaf, dan
kebaikan dalam pendidikan. Hal-hal tersebut diatas merupkan sikap yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw ketika mendidik anak dan cucu beliau, juga
ketika menghadapi anak-anak kecil lainnya. Ibnu Abbas meriwayatkan, “Rasulullah menaikkan
Hasan ke atas pundaknya dan dilihat oleh seseorang, orang itu mengatakan,
‘Alangkah mulia yang memangkumu itu!’ Rasulullah langsung mengatakan juga ‘Dan
alangkah mulianya yang dipangkunya.’” Riwayat tersebut menceritakan betapa
Rasulullah memberikan penghormatan kepada cucunya sebagaimana beliau dihormati.
Hal inilah yang harus kita terapkan kepada anak-anak sehingga mereka akan
tumbuh dengan sikap yang kita tanamkan sebagaimana cucu Rasulullah Saw yang
kemudian tumbuh dan memiliki sifat yang tidak jauh dari
Rasul Saw.
Komentar
Posting Komentar