Langsung ke konten utama

Bahasa Kasih Sayang sebagai Pendidikan

Anak adalah titipan Ilahi yang merupakan harta terindah dan harus kita jaga. Mendidik anak-anak bukanlah hal mudah. Mereka melakukan apa yang mereka lihat. Mereka menilai akhlak kita. Mareka jauh lebih jujur dan dapat membedakan antara perkataan yang disertai dengan tindakan dengan perkataan yang tanpa tindakan. Mereka sangat tidak suka diperintah untuk melakukan suatu hal yang tidak kita contohkan. Mereka juga tidak mau didekati dengan cara yang sembarangan. Beberapa anak memilih cara atau metode orang dewasa dalam mendekati mereka. Terkadang anak memilih sikap lembut, sikap lembut inilah yang kita pikir cara paling umum dan ampuh, namun tak jarang pula anak menginginkan cara yang langsung tanpa basa-basi.
Saya adalah seorang guru TPA, murid-murid saya terdiri dari TK hingga SMP. Metode untuk mendekati mereka sangat beragam. Terkadang mereka tak ingin mengaji, terkadang mereka tak ingin belajar. Saya tawarkan dengan siapa dia ingin mengaji, namun tawaran itu tak berlaku. Saya dekati dia saya ambil iqra nya, saya bukakan halamannya, dan saya membaca taawudz dan dia segera mengikuti saya untuk membaca. Ini merupakan salah satu metode langsung, tanpa rayuan lembut. Terkadang anak harus dipaksa dengan cara yang baik.
Anak begitu memilah dalam pertemanan begitu juga memilah guru yang baik atau orang dewasa mana yang baik dan yang tidak. Bila orang dewasa yang mendekati mereka baik dimata mereka, maka tanpa susah payah mereka bisa kita kendalikan sikapnya. Namun apabila kita tak pernah baik dimata mereka maka perlu banyak metode untuk mengubahnya.
Beberapa pengalaman yang saya alami, anak-anak menyukai untuk didekati secara personal bukan diperintah. Anak-anak harus diajak, dengan akhlak yang baik yang kita terapkan dalam keseharian, maka anak-anak akan mengikuti dengan sendirinya. Mereka melihat kita dengan kacamata kejujuran dan ketulusan. Maka mendidik anak harus dengan akhlak
Ternyata yang paling penting harus ditanamkan pada anka-anak adalah kasih saying. Kasih sayang kita salurkan kepada mereka hingga terasa oleh mereka, maka mereka akan tanpa sadar menyayangi kita kembali sebagaimana kita menyayangi mereka. Degan bahasa kasih sayang kita dapat menjelaskan dan menerangkan sesuatu. Ketika menjelaskan sesuatu sebaiknya kita beri penjelasan dengan pelan dan bahasa yang lembut karena anak menyukai itu. Suatu ketika saya pernah menjelaskan sesuatu pada anak. Saat itu saya menjelaskan dengan ambisi bahwa anak ini harus paham saat ini juga. Saya menggunakan nada yang agak tinggi dan kesal karena anak ini tak kunjung paham, saya juga tergesa-gesa saat menjelaskannya. Dikemudian hari anak itu takut pada saya dan tidak ingin mengaji dengan saya. Hari berikutnya saya coba untuk bersikap lembut dengannya agar ia tak takut pada saya lagi. Saat dia mengaji pun saya tidak banyak komentar dan lebih banyak memuji. Alhasil dia tidak takut lagi pada saya dan mulai dekat dengan saya lagi. Namun, masih ada PR saya, yaitu menjelaskan pada anak tadi tentang cara baca dia yang salah tempo hari. Suatu hari ketika dia selesai mengaji saya langsung menuju papan tulis dan mengajak semua duduk. Setelah itu saya jelaskan satu per satu huruf hijaiyah dan saya menyuruh mereka untuk membacanya. Hingga akhirnya saya menuju pokok pembahasan saya, perlahan-lahan tetapi pasti mereka memahami apa yang saya maksud. Alhamdulillah mereka mengerti, mereka mengerti bukan ketika saya berambisi agar mereka mengerti, bukan dengan nada tinggi, bukan dengan tergesa-gesa. Namun, mereka paham ketika saya menjelaskan runtut dari awal perlahan-lahan dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
Metode kita saat menjelaskan sesuatu dan kasih yang kita salurkan tentu berpengaruh pada psikologi anak tersebut. Mereka akan terdidik dan tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan penuh kasih. Menurut Ibrahim amini, preman, pelaku kejahatan, dan orang jahat adalah orang-orang yang kekurangan kasih sayang dalam keluarganya. Masih dari Ibrahim Amini kita perlu sikap apresiasi, penghormatan, sikap pemaaf, dan kebaikan dalam pendidikan. Hal-hal tersebut diatas merupkan sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw ketika mendidik anak dan cucu beliau, juga ketika menghadapi anak-anak kecil lainnya. Ibnu Abbas meriwayatkan, “Rasulullah menaikkan Hasan ke atas pundaknya dan dilihat oleh seseorang, orang itu mengatakan, ‘Alangkah mulia yang memangkumu itu!’ Rasulullah langsung mengatakan juga ‘Dan alangkah mulianya yang dipangkunya.’” Riwayat tersebut menceritakan betapa Rasulullah memberikan penghormatan kepada cucunya sebagaimana beliau dihormati. Hal inilah yang harus kita terapkan kepada anak-anak sehingga mereka akan tumbuh dengan sikap yang kita tanamkan sebagaimana cucu Rasulullah Saw yang kemudian tumbuh dan memiliki sifat yang tidak jauh dari Rasul Saw.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malas, sudut pandang Kimia

Memang malas bisa dipelajari dari kimia? Jawabannya Ya. Tentu bisa.  Kenapa bisa begitu?  Karena manusia sendiri adalah makhluk kimia. Coba kita bedah badan kita, dari yang paling umum deh. Kita hidup butuh bernafas, nah yang kita hirup itu oksigen (O2). Senyawa kimia kan? kemudian ketika oksigen masuk ke dalam tubuh siapa yang mengikat oksigen? Darah. Iya darah. Darah itu apa sih? Kok bisa mengikat oksigen? Tentu saja darah itu senyawa kimia Struktur darah merah (sumber:sigmaaldrich.com) Nah itu baru darah. Belum yang lainnya, misal di dalam tubuh kita ada enzim.  Kalau buka kamus enzim itu biokatalisator. Katalis sendiri adalah senyawa yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi, atau isitilah kerennya menurunkan energi aktivasi.  Gak perlu dijelaskan apa itu energi aktivasi karena ini bukan kuliah tentang reaksi kimia ya. Nah terus enzim itu sebenarnya apa sih kok bisa mempercepat reaksi. Enzim itu suatu protein. Protein itu setau kita kan nutrisi tub

Kenali Musuhmu

Haram Sayyidah Fathimah Al Maksumah Zhareeh Imam Khomeini Benarkah kita Husseiniyyah? Refleksi Asyura Oleh:  Mahdiya AzZahra . Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad  . Siapakah musuh kita yang sesungguhnya?  Banyak dari kita saat ini saling membenci, mengumpat, melontarkan ujaran kebencian, menyindir, mencibir, bahkan mungkin dengan kata2 yang tidak pantas diucapkan oleh orang yang mengaku beragama, mencelakai, menyakiti, meneror, dsb. Agama berisi syariat yang sesuai dengan jiwa manusia dan mengantarkannya menuju kesempurnaan. . Faktanya, orang2 yang mengaku beragama justru bertolak belakang dari hakikat agama itu sendiri. Darimanakah ini semua berasal? Sesungguhnya apa dan siapa yang kita benci? Kita sebut kelompok lain adalah musuh kita. Marilah kita berpikir kembali benarkah ia musuh kita?  . Apakah ia Syimran (pembunuh Imam Hussein) ataukah ia Yazid (tuannya Syimran) atau justru ia adalah pengikut Imam Hussein. Syimran dengan jelas mengata

Rumah Imam Khomeini

Tempat Imam menyampaikan kajian Kitab-kitab karya Imam Ruangan  Pintu dalam rumah Imam Pintu depan rumah Imam Di rumah ini pertama kalinya Imam Khomeini menyuarakan perlawanannya terhadap rezim. Di rumah ini pula Imam dikepung oleh tentara rezim. Ketika para tentara itu mengepung rumah Imam, Imam mengatakan pada keluarganya, "Kalian tidak ada urusannya dengan mereka, tetaplah disini dan biarkan aku yang menghadapi mereka sendiri." Kemudian Imam keluar rumah, seketika para tentara itu gemetar karena aura sufi sang Imam, betapa mulianya Imam Khomeini hingga para tentara yang baru melih atnya saja sudah gemetar. Para tentara dengan tubuh yang masih bergetar itu akhirnya membawa Imam menuju Tehran untuk diasingkan dan sepanjang perjalanan itu pula para tentara gemetar merasakan aura Sang Sufi itu. Imam kemudian diasingkan ke Irak, Turki, dan Perancis. Rumah Imam Khomeini itu kemudian dijadikan basis perlawanan terhadap rezim hingga akhirnya r